RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Nilai tukar rupiah melesat naik sejak dua hari lalu. Bahkan, kamis
(11/2/2016) pagi, rupiah sempat melonjak ke posisi 13.380 per dollar AS.
Menurut Bank Indonesia (BI), salah satu faktor yang membuat penguatan rupiah adalah pesimisme Gubernur The Fed Janet Yellen.
"Dia tidak terlalu optimis untuk penyesuaian Fed fund rate (suku bunga bank sentral AS)," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Kupang, Kamis (11/2/2016).
Awalnya tutur Agus, pelaku pasar meyakini suku bunga bank sentral AS akan naik 4 kali dalam setahun. Namun, pasar berubah setelah melihat kondisi ekonomi AS.
"Kemudian menurun 2 kali setahun. Sekarang mungkin sudah banyak yang berfikir sekali setahun. Jadi ini berdampak (terhadap rupiah)," kata Agus.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan hal yang hampir serupa. Menurutnya, pasar menanti testimoni Yellen pada Rabu (10/2/2016) malam yang diprediksi dovish, mengingat indikator ekonomi AS yang mengecewakan dalam dua pekan terakhir.
"Ketika ketidakpastian dan pesimisme global melanda, pelaku pasar pasti akan memilih memindahkan aset. Terjadi risk aversion," tutur Josua seperti dikutip Kontan.
Meski begitu, faktor internal juga berperan menguatkan rupiah. Salah satunya yakni faktor inflasi yang tetap terjaga pada 4 plus minus 1 persen per tahun. "Itu juga mendatangkan optimisme pada Indonesia," ucap Agus.
Menurut Bank Indonesia (BI), salah satu faktor yang membuat penguatan rupiah adalah pesimisme Gubernur The Fed Janet Yellen.
"Dia tidak terlalu optimis untuk penyesuaian Fed fund rate (suku bunga bank sentral AS)," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Kupang, Kamis (11/2/2016).
Awalnya tutur Agus, pelaku pasar meyakini suku bunga bank sentral AS akan naik 4 kali dalam setahun. Namun, pasar berubah setelah melihat kondisi ekonomi AS.
"Kemudian menurun 2 kali setahun. Sekarang mungkin sudah banyak yang berfikir sekali setahun. Jadi ini berdampak (terhadap rupiah)," kata Agus.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan hal yang hampir serupa. Menurutnya, pasar menanti testimoni Yellen pada Rabu (10/2/2016) malam yang diprediksi dovish, mengingat indikator ekonomi AS yang mengecewakan dalam dua pekan terakhir.
"Ketika ketidakpastian dan pesimisme global melanda, pelaku pasar pasti akan memilih memindahkan aset. Terjadi risk aversion," tutur Josua seperti dikutip Kontan.
Meski begitu, faktor internal juga berperan menguatkan rupiah. Salah satunya yakni faktor inflasi yang tetap terjaga pada 4 plus minus 1 persen per tahun. "Itu juga mendatangkan optimisme pada Indonesia," ucap Agus.
Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.