Kondisi ini seiring investor yang bersiap menghadapi kenaikan inflasi di Amerika Serikat di tengah ekspektasi kebijakan fiskal ekspansif di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Melansir laman Reuters, Selasa (15/11/2016), Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang bergerak flat di awal perdagangan. Sementara saham Australia turun 0,5 persen.
Perkiraan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih cepat mendorong aset emerging market, khususnya ekuitas dan mata uang, memperoleh manfaat dari masuknya arus masuk modal yang besar.
"Kekuatan pendorong langsung adalah antisipasi bauran kebijakan di AS," kata Analis Brown Brothers Harriman dalam sebuah catatan kepada klien.
Sementara analis mengatakan, sebagian besar ekonom berfokus pada tingginya suku bunga AS dan kemungkinan dari siklus pengetatan Fed yang lebih agresif, serta kebijakan fiskal yang lebih stimulatif.
"Kami melihat kombinasi (bauran kebijakan) sebagai kekuatan yang sangat ampuh yang akan terus mendorong dolar lebih tinggi, "tulis para analis.
Saham AS konsolidasi kenaikan baru-baru dengan Dow berakhir mencetak rekor sementara S & P 500 dan Nasdaq Composite merosot.
Di pasar mata uang, dolar diperdagangkan pada 107,88 ¥ setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari lima bulan. Hal ini juga konsolidasi mendekati posisi sebelas bulan terhadap sekeranjang mata uang yang melemah.
Pergerakan besar di pasar terpicu harapan akan janji Trump untuk fokus ke belanja infrastruktur dan pemotongan pajak untuk memacu pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi, mendorong inflasi serta biaya pinjaman.
Imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun naik ke posisi tertinggi sebesar 2,22 persen sejak Januari. Sementara untuk yang berjangka 30-tahun mencapai 3 persen.
( bisnis.liputan6.com )







0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.