Jumat, 17 Februari 2017

Dolar Melemah di Tengah Ketidakpastian Kenaikan Suku Bunga

RIFANFINANCINDO - Kurs dolar Amerika Serikat  melemahb terhadap sebagian besar mata uang utama pada Kamis (Jumat pagi 17 Februari 2017), di tengah ketidakpastian atas waktu bank sentral AS (Federal Reserve) menaikkan suku bunga berikutnya.

Para investor menurunkan taruhan tentang kenaikan suku bunga secepatnya bulan depan karena Gubernur Fed Janet Yellen tidak mengirim pesan yang jelas, apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret.

Namun, pada kesaksiannya di hadapan Kongres pada Rabu 15 Februari 2017, Yellen mengisyaratkan lebih dari dua kali kenaikan suku bunga pada tahun ini, karena ekonomi terus membuat kemajuan ke arah target lapangan kerja maksimal dan stabilitas harga.

Menurut program FedWatch CME Group, investor melihat peluang 22 persen kenaikan suku bunga pada Maret di Kamis 16 Februari, turun dari 31 persen pada sesi sebelumnya.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,67 persen menjadi 100,500 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0669 dolar dari 1,0587 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2490 dolar dari 1,2445 dolar pada sesi sebelumnya. Dolar Australia jatuh menjadi 0,7695 dolar dari 0,7700 dolar.

Dolar membeli 113,23 yen Jepang, lebih rendah dari 114,27 yen pada sesi sebelumnya. Dolar turun menjadi 0,9978 franc Swiss dari 1,0069 franc Swiss, dan turun tipis ke 1,3063 dolar Kanada dari 1,3092 dolar Kanada. ( tempo.co ) 


Imbas Rencana Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Kembali Turun

Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan karena investor menunggu kemungkinan perpanjangan kesepakatan pemangkasan produksi di antara produsen-produsen minyak utama dan meningkatnya persediaan Amerika Serikat.

Laporan-laporan media mengatakan ada peluang baik bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memperpanjang kesepakatan pemotongan produksi yang mulai berlaku pada 1 Januari dan akan berlangsung enam bulan.

Sementara itu, investor khawatir bahwa melonjaknya stok Amerika Serikat akan mengimbangi beberapa upaya OPEC untuk memangkas produksi mereka dan mengurangi kelebihan pasokan global.

Persediaan minyak mentah Amerika Serikat naik 9,5 juta barel pada pekan lalu menjadi 518,1 juta barel, naik 9,6 % secara tahun ke tahun, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (15/2).

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, bertambah 0,25 dolar AS menjadi menetap di 53,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, turun 0,10 dolar AS menjadi ditutup pada 55,65 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. 

( okezone.com )

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Disclaimer: Semua informasi yang terdapat dalam blogspot kami ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan berita terbaik, namun demikian kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blogspot kami ini. Kami berhak mengatur dan menyunting isi saran atau tanggapan dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menolak isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras.