PT Rifan Financindo Berjangka - Pasar minyak terbelah dengan minyak mentah Amerika Serikat
(AS) didorong penurunan arus produksi dari Kanada saat harga Brent yang menjadi
patokan internasional sedikit mereda. Tercatat harga minyak berjangka AS West
Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada level USD62,16 per barel atau naik
48 sen yang setara dengan 0,8% dari sesi terakhir.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/2/2018) para pelaku pasar menerangkan penyebab WTI lebih tinggi, lantaran berkurangnya pasokan dari jalur pipa Keystone Kanada. Dimana telah beroperasi dengan kapasitas lebih tendah sejak akhir tahun lalu akibat kebocoran, untuk memotong pasokan Kanada ke Amerika Serikat.
Di luar Amerika Utara, minyak mentah Brent turun saat bursa utama Asia terbebani dan dolar masih berada dalam tren penguatan. Hal tersebut berpotensi menghambat permintaan, lantaran membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain di dalam negeri.
Harga minyak mentah Brent berada di level USD65,23 per barel atau mengalami penurunan mencapai sebesar 44 sen atau 0,7% dibandingkan sesi penutupan terakhir. Meski demikian pasar minyak dunia tetap mendapatkan dukungan dari upaya pembatasan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) yang dimulai sejak tahun lalu dalam upaya menjaga kestabilan pasokan global.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pada awal pekan kemarin, bahwa organisasi mencatat 133% kepatuhan terhadap target pengurangan produksi yang disepakati pada bulan Januari. Lebih lanjut Barkindo menerangkan kepatuhan tahun lalu hanya mencapai 107%.
Sementara permintaan minyak global untuk tahun 2018 diperkirakan tumbuh 1,6 juta barel per hari. "OPEC dan Rusia terus mendukung pemotongan produksi yang akan berakhir pada akhir tahun ini, dan mereka memastikan pasar bahwa akan ada peningkatan produksi yang tertata begitu pemotongan berangkir," kata Analis Investasi William O'Loughlin di Rivkin Securities Australia.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/2/2018) para pelaku pasar menerangkan penyebab WTI lebih tinggi, lantaran berkurangnya pasokan dari jalur pipa Keystone Kanada. Dimana telah beroperasi dengan kapasitas lebih tendah sejak akhir tahun lalu akibat kebocoran, untuk memotong pasokan Kanada ke Amerika Serikat.
Di luar Amerika Utara, minyak mentah Brent turun saat bursa utama Asia terbebani dan dolar masih berada dalam tren penguatan. Hal tersebut berpotensi menghambat permintaan, lantaran membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain di dalam negeri.
Harga minyak mentah Brent berada di level USD65,23 per barel atau mengalami penurunan mencapai sebesar 44 sen atau 0,7% dibandingkan sesi penutupan terakhir. Meski demikian pasar minyak dunia tetap mendapatkan dukungan dari upaya pembatasan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) yang dimulai sejak tahun lalu dalam upaya menjaga kestabilan pasokan global.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pada awal pekan kemarin, bahwa organisasi mencatat 133% kepatuhan terhadap target pengurangan produksi yang disepakati pada bulan Januari. Lebih lanjut Barkindo menerangkan kepatuhan tahun lalu hanya mencapai 107%.
Sementara permintaan minyak global untuk tahun 2018 diperkirakan tumbuh 1,6 juta barel per hari. "OPEC dan Rusia terus mendukung pemotongan produksi yang akan berakhir pada akhir tahun ini, dan mereka memastikan pasar bahwa akan ada peningkatan produksi yang tertata begitu pemotongan berangkir," kata Analis Investasi William O'Loughlin di Rivkin Securities Australia.
Sumber : https://ekbis.sindonews.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.