RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Rupiah dianggap tidak perlu mengikuti mata uang China, Yuan yang sengaja di depresiasikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar Rupiah sudah mengalami undervalue atau berada di bawah nilai semestinya.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan bahwa pihak China sengaja melakukan depresiasi dengan melebarkan rentang mata uangnya (currency band) sebesar 1,9 persen untuk mendorong ekspor di tengah perlambatan ekonominya saat ini. Akibatnya, saingan dagang China seperti Korea dan Jepang terdepresiasi cukup dalam.
"Jepang dalam 2,5 tahun depresiasi lebih dari 25 persen. Dan Korea tahun ini sudah melemah 6 persenan, bahkan lebih. Sehingga, Tiongkok itu currency menguat, barang produk Tiongkok mahal sehingga kalah ekspor," kata dia saat ditemui di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Menurutnya, hal tersebut memang mempengaruhi Rupiah yang melemah 8,5 persen sejak awal tahun. Pasalnya, jika diakumulasi sejak 2013 Rupiah sudah melemah lebih dari 30 persen.
"Rupiah sebagai currency sudah undervalue sehingga index dari real effective rate sebagai pengukur competitiveness currency, kita sudah undervalue. Sudah di bawah 100 itu undervalue. Kalau di atas 100 namanya overvalue. Rupiah itu kan indexnya di bawah 90. Jadi kebijakan depresiasi enggak perlu diikuti oleh Indonesia," tandas dia.
(rzk)
Sumber : http://economy.okezone.com







0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.