RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Harga emas cenderung tertekan pada awal pekan ini saat bursa saham
Amerika Serikat (AS) libur untuk memperingati hari Martin Luther King
Jr.
Harga emas turun US$ 1,8 menjadi US$ 1.088,90 per ounce, setelah
menyentuh level tertinggi US$ 1.093,30. Sementara itu, perak naik US$
0,4 menjadi US$ 13,94.
Analis Triland Metals menyatakan, harga emas cenderung bergerak di
kisaran US$ 1.070-US$ 1.097. "Rentang harga dapat diterobos maka
mendorong harga emas untuk selanjutnya. Secara keseluruhan aksi jual
dapat terjadi di tengah sektor komoditas masih tertekan," tulis riset
Triland Metals seperti dikutip dari laman Kitco, Selasa (19/1/2016).
Selain itu, ekonomi global cenderung melemah juga membuat spekulasi
pelaku pasar terhadap rencana kenaikan kembali suku bunga bank sentral
Amerika Serikat (AS) pada Maret 2016. Hal ini pertanda baik untuk emas. "Ini akan semakin sulit untuk naik (bunga) pada Maret
mempertimbangkan ekonomi China akan melemah. Kenaikan lebih lanjut
mungkin pada kuartal III dan IV," ujar Analis Philip Futures Daniel Ang. Ang menambahkan, harga minyak terus berlanjut melemah juga menambah
kekhawatiran pelemahan ekonomi global. Harga minyak sempat sentuh di
bawah level US$ 29 per barel. Hal tersebut mendorong investor untuk
memilih emas sebagai investasi aman.
BMI Research memperkirakan rata-rata harga emas berada di kisaran US$
1.000 pada 2016. Ini terjadi lantaran penguatan dolar AS dan suku bunga
AS lebih tinggi.
"Namun bursa saham global cenderung tertekan pada awal Januari akan
mendukung harga emas. Harga emas dapat berada di kisaran US$ 1.050-US$
1.200," kata BMI dalam sebuah riset.
Pada Selasa pekan ini China akan merilis data produk domestik bruto
pada 2015. Berdasarkan survei Reuters, ekonomi China akan berada di
kisaran 6,9 persen. Data ekonomi ini juga menjadi pertimbangan pelaku
pasar. (Ahm/Igw)
Sumber : http://bisnis.liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.