RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Harga minyak berada di bawah tekanan pada perdagangan Selasa
(19/1/2016) waktu setempat (Rabu pagi WIB), setelah Badan Energi
Internasional (IEA) memperingatkan pasar bisa tenggelam dalam kelebihan
pasokan dengan kembalinya minyak Iran.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari ditutup turun 96 sen (3,3 persen) pada 28,46 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange. Posisi ini merupakan tingkat terendah sejak September 2003, lapor AFP.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 21 sen (0,7 persen) menjadi 28,76 dollar AS per barrel.
Perdagangan reguler di pasar New York pada Senin libur, ketika Brent sempat turun di bawah 28 dollar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Penurunan tersebut seiring dengan pencabutan sanksi ekonomi pada Iran.
Hal itu memungkinkan Iran untuk segera meningkatkan ekspor minyaknya, dengan tambahan 500.000 barrel per hari mungkin dalam beberapa minggu ini.
Perdagangan reguler di pasar New York pada Senin libur, ketika Brent sempat turun di bawah 28 dollar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Penurunan tersebut seiring dengan pencabutan sanksi ekonomi pada Iran.
Hal itu memungkinkan Iran untuk segera meningkatkan ekspor minyaknya, dengan tambahan 500.000 barrel per hari mungkin dalam beberapa minggu ini.
John Kilduff dari Again Capital mengatakan bahwa kenaikan tipis pada Brent dikaitkan dengan reli di pasar saham Eropa.
"Harga masih bearish karena kami terus memilah kelebihan pasokan dan Iran kembali ke pasar," kata Kilduff.
IEA dalam laporan minyak bulanan Selasa, mengatakan bahwa harga
minyak mentah bisa jatuh lebih dalam tahun ini, karena kembalinya Iran
ke pasar mengimbangi setiap penurunan produksi dari negara lain.
Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.