Rabu, 21 September 2016

Amnesti Pajak Bikin Rupiah Bergerak Menguat

Rifan Financindo
RIFAN FINANCINDO -  Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dibayangi sentimen global. Pasar mulai pesimistis terhadap The Fed yang berpotensi tidak akan menaikkan suku bunganya.
Hal itu berdampak positif terhadap perdagangan rupiah kemarin. Rupiah menguat tujuh poin atau 0,05 persen ke Rp13.145.

Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, penguatan rupiah kemarin merupakan imbas dari munculnya rasa pesimisme pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga AS, sehingga menjadi faktor penguatan rupiah. Sedangkan dari domestik, peningkatan yang terus terjadi terhadap penyerapan dana amnesti pajak juga turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah.
"Rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.165 hingga Rp13.125 per dolar AS," ujarnya di Jakarta, Rabu, 21 September 2016.

Menurut Reza, jelang pertemuan The Fed, terlihat laju mata uang dunia cenderung bergerak variatif dengan kisaran tipis terhadap dolar AS. Keadaan tersebut menggambarkan keadaan pelaku pasar yang cenderung wait and see hingga keputusan tersebut keluar.

"Pelaku pasar sendiri memperkirakan, The Fed belum akan menaikkan suku bunga AS di bulan ini seiring masih belum kuatnya data-data ekonomi AS. Termasuk rupiah yang berfluktuasi di kisaran sempit menjelang pertemuan rapat," tuturnya.

Sementara dari dalam negeri, kata Reza, investor juga sedang menanti arah kebijakan Bank Indonesia. BI akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 September 2016.
"Sebelumnya kami sampaikan rupiah terlihat bergerak menguat, cenderung terbatas, imbas dirilisnya hasil Inflasi AS," ujarnya.

Hati-Hati IHSG Masih Rawan Konsolidasi

Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini, Rabu, 21 September 2016, belum terlepas dari fase konsolidasi setelah turun sebesar 19,34 poin (0,36 persen) ke level 5.302 pada penutupan perdagangan kemarin.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya mengatakan, koreksi kemungkinan terjadi pada perdagangan hari ini, tapi masih dalam rentang batas wajar. Sebab, tekanan yang terjadi masih terlihat bersifat wajar.

"IHSG dan konsolidasi, dua kata yang masih erat hubungannya dalam beberapa waktu belakangan ini, pola pergerakan masih terlihat berada dalam rentang konsolidasi wajar," ujarnya di Jakarta.
Menurutnya, target batas bawah di level 5.245 masih terlihat akan cukup kuat bertahan. Sedangkan, target batas atas terdekat berada pada level 5.358.

Perkiraan tersebut, kata William, terlihat lantaran pasar sedang menanti pengumuman rilis data perekonomian baik domestik maupun global.

"Mengingat kondisi jangka panjang pasar masih berada dalam jalur tren naik. Koreksi wajar dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk melakukan akumulasi pembelian bagi investor. Hari ini IHSG berpotensi menguat," tuturnya.

Dia merekomendasikan saham-saham hari ini agar diakumulasi oleh para investor, di antaranya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Gas Negara Tbk (PGAS), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).

Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Disclaimer: Semua informasi yang terdapat dalam blogspot kami ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan berita terbaik, namun demikian kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blogspot kami ini. Kami berhak mengatur dan menyunting isi saran atau tanggapan dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menolak isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras.