PT RIFAN FINANCINDO - Pada transaksi tadi malam (2/11), harga emas dunia sempat bertengger di posisi tertingginya sejak 4 Oktober 2016 lalu, yakni US$ 1.309,10 per troy ounce.
Namun, berdasarkan data CNBC pada pukul 15.30 waktu New York, harga emas di pasar spot naik 0,7% menjadi US$ 1.297,41 per troy ounce.
Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Desember naik 1,6% menjadi US$ 1.308,20 per troy ounce.
Lompatan harga si kuning mentereng ini terjadi setelah The Federal reserve mengumumkan kebijakan suku bunga yang tidak berubah.
Kendati demikian, petinggi Federal Open Market Committee tidak memberikan konfirmasi langsung mengenai hal ini. Faktanya, jumlah anggota the Fed yang menyetujui suku bunga rendah (dovish) semakin bertambah.
Dalam pernyataannya tadi malam, FOMC mengatakan perbaikan ekonomi dinilai belum cukup untuk diberlakukannya pengetatan kebijakan.
"Komite menilai bahwa rencana kenaikan suku bunga memang semakin menguat, namun akhirnya diputuskan untuk sementara waktu kami menunggu sejumlah bukti lanjutan atas kemajuan yang obyektif," demikian pernyataan resmi FOMC. Bahasa yang mirip juga digunakan FOMC pada September lalu.
Tak hanya itu, kecemasan investor mengenai pelaksanaan pemilu presiden AS setelah pernyataan FBI yang akan membuka kembali kasus email Hillary Clinton memukul bursa Eropa dan membuat dollar AS keok ke posisi terendah sejak Oktober.
Kondisi itu turut mendorong emas ke atas level US$ 1.305 per troy ounce.
"Hasil polling pemilu menjadi penggerak utama kenaikan harga emas saat ini. Jika Donald Trump terpilih menjadi presiden, dipastikan ada perubahan kebijakan. Hal itu akan membuat tingkat ketidakpastian di market semakin tinggi," jelas LBBW analyst Thorsten Proettel.
Tambahan informasi saja, polling Reuters pada Senin (31/10) lalu menunjukkan, Clinton memimpin 5% atas Trump. Namun sejumlah polling lain memperlihatkan keunggulan Clinton turun tajam setelah kasus email akan dipelajari kembali.
Namun, berdasarkan data CNBC pada pukul 15.30 waktu New York, harga emas di pasar spot naik 0,7% menjadi US$ 1.297,41 per troy ounce.
Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Desember naik 1,6% menjadi US$ 1.308,20 per troy ounce.
Lompatan harga si kuning mentereng ini terjadi setelah The Federal reserve mengumumkan kebijakan suku bunga yang tidak berubah.
Kendati demikian, petinggi Federal Open Market Committee tidak memberikan konfirmasi langsung mengenai hal ini. Faktanya, jumlah anggota the Fed yang menyetujui suku bunga rendah (dovish) semakin bertambah.
Dalam pernyataannya tadi malam, FOMC mengatakan perbaikan ekonomi dinilai belum cukup untuk diberlakukannya pengetatan kebijakan.
"Komite menilai bahwa rencana kenaikan suku bunga memang semakin menguat, namun akhirnya diputuskan untuk sementara waktu kami menunggu sejumlah bukti lanjutan atas kemajuan yang obyektif," demikian pernyataan resmi FOMC. Bahasa yang mirip juga digunakan FOMC pada September lalu.
Tak hanya itu, kecemasan investor mengenai pelaksanaan pemilu presiden AS setelah pernyataan FBI yang akan membuka kembali kasus email Hillary Clinton memukul bursa Eropa dan membuat dollar AS keok ke posisi terendah sejak Oktober.
Kondisi itu turut mendorong emas ke atas level US$ 1.305 per troy ounce.
"Hasil polling pemilu menjadi penggerak utama kenaikan harga emas saat ini. Jika Donald Trump terpilih menjadi presiden, dipastikan ada perubahan kebijakan. Hal itu akan membuat tingkat ketidakpastian di market semakin tinggi," jelas LBBW analyst Thorsten Proettel.
Tambahan informasi saja, polling Reuters pada Senin (31/10) lalu menunjukkan, Clinton memimpin 5% atas Trump. Namun sejumlah polling lain memperlihatkan keunggulan Clinton turun tajam setelah kasus email akan dipelajari kembali.
( investasi.kontan.co.id )








0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.