PT RIFAN FINANCINDO - Harga minyak dunia kembali menguat usai alami penurunan.
Harga minyak naik itu didukung data menunjukkan pasokan minyak mentah Amerika
Serikat (AS) memperkuat pandangan kalau harga minyak menguat. Selain itu juga
diharapkan pemotongan produksi minyak dari negara pengekspor minyak tergabung
dalam OPEC.
Harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman
Maret berada di level US$ 53,18 per barel. Sebelumnya harga minyak turun ke
level terendah di kisaran US$ 52,56 per barel. Sedangkan harga minyak Brent
turun 36 sen per barel ke level US$ 55,08.
"Harga minyak berada di rentang harga perdagangan pada
awal Desember. Terlalu banyak spekulasi dalam jangka panjang," ujar Kepala
Riset ICAP, Walter Zimmerman, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis
(26/1/2017).
Ia menambahkan, pasar mengharapkan penurunan produksi oleh
negara pengekspor minyak atau OPEC sehingga mendukung harga minyak. Sedangkan
spekulasi dan pertumbuhan produksi AS menguat juga membayangi.
Harga minyak dalam beberapa minggu ini mendapatkan dukungan
dari rencana OPEC dan negara produsen minyak lainnya untuk pangkas produksi.
Sekitar 1,5 juta barel minyak sudah dipangkas dari rencana 1,8 juta barel
minyak per gari yang disetujui oleh produsen utama minyak sejak 1 Januari.
Bernstein Energy pun melaporkan kalau pasokan minyak global
turun 24 juta barel menjadi 5,7 miliar barel pada kuartal IV 2016 dari periode
sebelumnya.
Sementara itu, produksi minyak AS naik lebih dari enam
persen sejak pertengahan 2016. Angka ini di bawah posisi 2015. Penguatan
produksi minyak juga didorong harga minyak tertekan.
Di sisi lain presiden AS Donald Trump juga berjanji untuk
mendukung industri minyak AS. Hal itu mendorong analis mengubah prediksi
pertumbuhan produksi minyak domestik yang mendapatkan untung dari harga
tertinggi.
Dorongan partai republik di DPR AS soal penyesuaian pajak
korporasi dapat membantu harga minyak AS lebih tinggi ketimbang Brent. Ini
dapat memicu produksi dalam negeri dengan skala besar. Hal itu seperti
disampaikan Goldman Sachs.
Sementara itu, The US Government Energy Information
Administration (EIA) melaporkan kalau stok minyak mentah, bensin dan diesel
naik. Hal ini mendukung laporan dari the American Petroleum Institute.
( bisnis.liputan6.com )
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.