PT RIFAN FINANCINDO - Nilai tukar rupiah menjelang akhir pekan ini diprediksi akan stabil. Pada pembukaan perdagangan kemarin rupiah sempat melemah, meskipun akhirnya ditutup menurun tipis berada di level 13.361.
Analis dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan penguatan justru terlihat di pasar Surat Utang Negara (SUN). "Tetap bertahan di tengah sentimen kenaikan yield global dan kenaikan inflasi domestik," ujar dia, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Maret 2017.
Rupiah yang bergerak stabil kata Rangga kemungkinan disebabkan oleh komitmen Bank Indonesia untuk tetap menstabilkan rupiah ketika gejolak di pasar keuangan mulai meningkat. Sehingga, rupiah relatif stabil ketika mayoritas kurs di Asia melemah terhadap dollar.
"Tendensi pelemahan rupiah berpeluang bertahan dalam jangka pendek," katanya lagi.
Sedangkan peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) terus meningkat. Rangga berujar indeks dollar menguat tajam, seiring dengan semakin banyaknya pejabat Bank Sentral AS (The Fed) yang menyerukan kenaikan Fed Fund Rate dalam waktu dekat.
"Yield US Treasury juga naik cukup tajam hingga dini hari tadi," ujar dia. Rangga menuturkan klaim tingkat pengangguran AS yang diumumkan turun juga mendorong penguatan dollar. "Bahkan efek positif dari optimisme kebijakan Trump mulai tergerus oleh spekulasi kenaikan FFR target."
Sementara itu, mayoritas yield SUN seri benchmark justru dilaporkan turun. Rangga berujar proporsi kepemilikan SUN oleh asing juga terlihat meningkat dalam beberapa hari terakhir. Menurut Rangga, setelah BI mulai menutup peluang penurunan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate, maka hanya perbaikan kondisi fundamental ekonomi domestik yang menjadi penyedia sentimen positif bagi pasar SUN.
Hal itu dapat diupayakan dan dicerminkan melalui defisit neraca transaksi berjalan (CAD) dan defisit fiskal yang lebih rendah. "Perbaikan
fundamental biasanya identik dengan harapan kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional," ujar dia.
Secara umum, Rangga mengatakan tekanan kenaikan yield global akan bertahan seiring dengan meningkatnya peluang kenaikan Fed Fund Rate pada rapat The Fed 17 Maret mendatang. "Sehingga tekanan kenaikan yield SUN juga tak akan terhindarkan."
Analis dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan penguatan justru terlihat di pasar Surat Utang Negara (SUN). "Tetap bertahan di tengah sentimen kenaikan yield global dan kenaikan inflasi domestik," ujar dia, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Maret 2017.
Rupiah yang bergerak stabil kata Rangga kemungkinan disebabkan oleh komitmen Bank Indonesia untuk tetap menstabilkan rupiah ketika gejolak di pasar keuangan mulai meningkat. Sehingga, rupiah relatif stabil ketika mayoritas kurs di Asia melemah terhadap dollar.
"Tendensi pelemahan rupiah berpeluang bertahan dalam jangka pendek," katanya lagi.
Sedangkan peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) terus meningkat. Rangga berujar indeks dollar menguat tajam, seiring dengan semakin banyaknya pejabat Bank Sentral AS (The Fed) yang menyerukan kenaikan Fed Fund Rate dalam waktu dekat.
"Yield US Treasury juga naik cukup tajam hingga dini hari tadi," ujar dia. Rangga menuturkan klaim tingkat pengangguran AS yang diumumkan turun juga mendorong penguatan dollar. "Bahkan efek positif dari optimisme kebijakan Trump mulai tergerus oleh spekulasi kenaikan FFR target."
Sementara itu, mayoritas yield SUN seri benchmark justru dilaporkan turun. Rangga berujar proporsi kepemilikan SUN oleh asing juga terlihat meningkat dalam beberapa hari terakhir. Menurut Rangga, setelah BI mulai menutup peluang penurunan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate, maka hanya perbaikan kondisi fundamental ekonomi domestik yang menjadi penyedia sentimen positif bagi pasar SUN.
Hal itu dapat diupayakan dan dicerminkan melalui defisit neraca transaksi berjalan (CAD) dan defisit fiskal yang lebih rendah. "Perbaikan
fundamental biasanya identik dengan harapan kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional," ujar dia.
Secara umum, Rangga mengatakan tekanan kenaikan yield global akan bertahan seiring dengan meningkatnya peluang kenaikan Fed Fund Rate pada rapat The Fed 17 Maret mendatang. "Sehingga tekanan kenaikan yield SUN juga tak akan terhindarkan."
( tempo.co )
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.