Kamis, 20 Juli 2017

Harga Emas Naik Usai Dolar AS Tertekan

PT RIFAN FINANCINDO - Harga emas bergerak menguat seiring dolar Amerika Serikat (AS) tertekan ke level terendah dalam 10 bulan. Hal itu mengingat prospek suku bunga bank sentral AS naik melemah pada tahun ini.

Harga emas untuk pengiriman Agustus naik tipis ke level US$ 1.242 usai ditransaksikan di kisaran harga US$ 1.235-US$ 1.243.

Indeks dolar AS turun 0,4 persen secara mingguan. Namun pergerakanya sedikit berubah ke level 86,95 terhadap mata uang asing pada perdagangan Rabu waktu setempat.

"Sentimen utama pengaruhi harga emas yaitu pergerakan indeks dolar AS. Penurunan dolar secara teknikal ada keuntungan," ujar Analis Kitco, Jim Wyckoff seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (20/7/2017).

Penurunan dolar AS mendukung pergerakan harga komoditas seperti emas. Sementara itu, harga perak untuk pengiriman September naik 2,9 sen atau 0,2 persen menjadi US$ 16.297 per ounce.

Selain itu, rilis sejumlah data ekonomi AS juga akan pengaruhi dolar AS dan kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral AS pada semester II 2017. Saat ini pasar menghadapi data ekonomi AS yang beragam.

"Dengan inflasi rendah, kami harap the Federal Reserve dapat menunda kenaikan suku bunga hingga Desember," tulis Analis Capital Economics dalam catatannya.

Lebih lanjut ia menuturkan, berdasarkan pernyataan pejabat the Federal Reserve dan pertemuan FOMC pada pekan depan juga akan diumumkan dimulainya normalisasi neraca. "Kami harapkan juga tidak ada kenaikan suku bunga," tulis analis Capital Economics.


Harga Minyak Menguat Imbas Pasokan AS Turun

Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam enam minggu usai pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan data penurunan pasokan minyak.

Harga minyakWest Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 1,6 persen atau 72 sen ke level US$ 47,12 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak Brent untuk pengiriman September menguat 86 sen atau 1,8 persen ke level US$ 49,70 per barel.

Berdasarkan data Facset, baik harga minyak WTI dan Brent mencatatkan level tertinggi sejak 6 Juni. "Selama 15 minggu, pasokan minyak AS turun 13 kali, dan penurunan melebihi yang diharapkan," ujar Fawad Razaqzada, Analis Forex.com, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (20/7/2017).

Ia menambahkan, meski demikian masih ada kelebihan pasokan di pasar global. Ini berdasarkan data EIA yang menunjukkan pasokan minyak domestik yang menguat sepanjang tahun ini.

Sebelumnya EIA melaporkan pasokan minyak domestik turun 4,7 juta barel hingga 14 Juli 2017. Ini mengikuti penurunan pasokan dua minggu sebelumnya. Penurunan itu melebihi perkiraan analis yang disurvei oleh S&P Global Platts sekitar 3 juta barel. Sedangkan The American Petroleum Institute melaporkan pertumbuhan minyak AS mencapai 1,6 juta barel.

"Pasokan minyak lebih baik artinya harga minyak Brent di kisaran US$ 50. Meski demikian, pergerakan harga minyak begitu sensitif dengan berita negatif," ujar Adrienne Murphy, Chief Market Analyst AvaTrade. 
( liputan6.com )

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Disclaimer: Semua informasi yang terdapat dalam blogspot kami ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan berita terbaik, namun demikian kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blogspot kami ini. Kami berhak mengatur dan menyunting isi saran atau tanggapan dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menolak isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras.