RIFANFINANCINDO - Harga emas tergelincir usai bursa saham dan dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Rencana reformasi pajak menjadi sentimen bayangi harga emas.
Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$ 13,90 atau 1,1 persen menjadi US$ 1.287,80 per ounce. Harga emas itu terendah sejak Agustus. Sedangkan harga perak melemah 0,3 persen ke posisi US$ 16.827 per ounce.
"Pergerakan harga emas tidak menunjukkan level support. Namun, kedua kali harga emas sentuh level terendah di kisaran US$ 1.290-US$ 1.295. Sedangkan area itu sebelumnya level resistance," kata Fawad Razaqda, Analis Teknikal Forex.com, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (28/9/2017).
Indeks dolar AS pun menguat ke level tertinggi dalam satu bulan jelang keterangan proposal Partai Republik soal reformasi pajak.
Indeks dolar AS naik terhadap mata uang utama lainnya dengan mendaki 0,4 persen ke posisi 93,34. Dengan dolar AS menguat membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Kenaikan dolar AS juga didorong pernyataan Pimpinan Bank sentral AS atau the Federal Reserve Janet Yellen soal suku bunga. Kemungkinan suku bunga the Federal Reserve kembali naik pada akhir 2017. Selain itu, data ekonomi AS menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga.
Pesanan baru barang AS naik pada Agustus. Kenaikannya mencapai 1,7 persen dari perkiraan pasar 1 persen. Bursa saham AS yang menguat mendorong pelaku pasar mengalihkan investasi emas ke saham cenderung stabil.
Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$ 13,90 atau 1,1 persen menjadi US$ 1.287,80 per ounce. Harga emas itu terendah sejak Agustus. Sedangkan harga perak melemah 0,3 persen ke posisi US$ 16.827 per ounce.
"Pergerakan harga emas tidak menunjukkan level support. Namun, kedua kali harga emas sentuh level terendah di kisaran US$ 1.290-US$ 1.295. Sedangkan area itu sebelumnya level resistance," kata Fawad Razaqda, Analis Teknikal Forex.com, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (28/9/2017).
Indeks dolar AS pun menguat ke level tertinggi dalam satu bulan jelang keterangan proposal Partai Republik soal reformasi pajak.
Indeks dolar AS naik terhadap mata uang utama lainnya dengan mendaki 0,4 persen ke posisi 93,34. Dengan dolar AS menguat membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Kenaikan dolar AS juga didorong pernyataan Pimpinan Bank sentral AS atau the Federal Reserve Janet Yellen soal suku bunga. Kemungkinan suku bunga the Federal Reserve kembali naik pada akhir 2017. Selain itu, data ekonomi AS menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga.
Pesanan baru barang AS naik pada Agustus. Kenaikannya mencapai 1,7 persen dari perkiraan pasar 1 persen. Bursa saham AS yang menguat mendorong pelaku pasar mengalihkan investasi emas ke saham cenderung stabil.
Pasokan Susut, Harga Minyak Dunia Bervariasi
Harga minyak dunia bervariasi usai pasokan minyak secara tak terduga turun. Selain itu, kilang minyak kembali beroperasi usai terjadi Badai Harvey.
Harga minyak Brent tergelincir dari level tertinggi 26 bulan. Harga minyak Brent turun 54 sen atau hampir 1 sen menjadi US$ 57,90 per barel.Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen atau 0,5 persen ke posisi US$ 52,14 per barel.
Persediaan minyak mentah turun 1,8 juta barel pada pekan lalu. Angka itu di bawah prediksi pasar sekitar 3,4 juta barel. Stok bensin secara mengejutkan naik, dan stok penyulingan minyak turun. Namun, produksi minyak mendukung harga minyak AS.
"Kenaikan harga minyak WTI seiring pulihnya produksi minyak di AS," ujar Abhishek Kumar, Analis Senior Interfax Energy Global Gas Analytics, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (28/9/2017).
Sisi lain tingkat utilitas kilang minyak naik 5,4 persen menjadi 88,6 persen dari total kapasitas. Tingkat utilitas itu tertinggi sejak Badai Harvey. Kenaikan itu seiring fasilitas kilang kembali pulih.
Efek dari Badai Harvey dan Irma membuat permintaan berkurang. Ini berpotensi meningkatkan persediaan bensin sedangkan produksi minyak kembali berkat aktivitas penyulingan baru.
Selain itu, harga minyak juga didukung oleh pembatasan produksi minyak dari negara pengekspor minyak tergabung dalam the Organization of the Petroleum Exporting Countires (OPEC) dan produsen utama minyak lainnya.
Di sisi lain, produksi minyak mentah AS naik menjadi 9,55 juta barel per hari pada pekan lalu. Kondisi minyak mentah AS tertinggal dari minyak Brent di tengah kekhawatiran pertumbuhan produksi minyak AS dapat memicu kelebihan pasokan.
Minyak mentah AS pun semakin kompetitif di pasar. Ekspor minyak AS mencapai 1,5 juta barel per hari. "Melihat ekspor AS menghasilkan minyak mentah besar menimbulkan ancaman terhadpa tingkat premi Brent-WTI," kata Gene McGillian, Manajer Riset Tradition Energy.
Harga minyak Brent tergelincir dari level tertinggi 26 bulan. Harga minyak Brent turun 54 sen atau hampir 1 sen menjadi US$ 57,90 per barel.Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen atau 0,5 persen ke posisi US$ 52,14 per barel.
Persediaan minyak mentah turun 1,8 juta barel pada pekan lalu. Angka itu di bawah prediksi pasar sekitar 3,4 juta barel. Stok bensin secara mengejutkan naik, dan stok penyulingan minyak turun. Namun, produksi minyak mendukung harga minyak AS.
"Kenaikan harga minyak WTI seiring pulihnya produksi minyak di AS," ujar Abhishek Kumar, Analis Senior Interfax Energy Global Gas Analytics, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (28/9/2017).
Sisi lain tingkat utilitas kilang minyak naik 5,4 persen menjadi 88,6 persen dari total kapasitas. Tingkat utilitas itu tertinggi sejak Badai Harvey. Kenaikan itu seiring fasilitas kilang kembali pulih.
Efek dari Badai Harvey dan Irma membuat permintaan berkurang. Ini berpotensi meningkatkan persediaan bensin sedangkan produksi minyak kembali berkat aktivitas penyulingan baru.
Selain itu, harga minyak juga didukung oleh pembatasan produksi minyak dari negara pengekspor minyak tergabung dalam the Organization of the Petroleum Exporting Countires (OPEC) dan produsen utama minyak lainnya.
Di sisi lain, produksi minyak mentah AS naik menjadi 9,55 juta barel per hari pada pekan lalu. Kondisi minyak mentah AS tertinggal dari minyak Brent di tengah kekhawatiran pertumbuhan produksi minyak AS dapat memicu kelebihan pasokan.
Minyak mentah AS pun semakin kompetitif di pasar. Ekspor minyak AS mencapai 1,5 juta barel per hari. "Melihat ekspor AS menghasilkan minyak mentah besar menimbulkan ancaman terhadpa tingkat premi Brent-WTI," kata Gene McGillian, Manajer Riset Tradition Energy.
Sumber : liputan6.com








0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.