Senin, 21 Oktober 2019

RIFAN FINANCINDO - Menanti Menteri Ekonomi Kabinet Kerja Jilid II









RIFAN FINANCINDO - Presiden Joko Widodo direncanakan mengumumkan susunan menteri dan kepala lembaga negara pengisi Kabinet Kerja Jilid II hari ini, Senin (21/10/2019). Jokowi menerangkan, pengumuman jajaran menteri dan kepala lembaga negara ini bakal dilakukan sebelum Wakil Presiden Ma'ruf Amin melakukan kunjungan kerja ke Jepang.

"Besok pagi saya kenalkan (Kabinet Kerja Jilid II, red)," ujar Jokowi di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, sebelum berangkat ke Gedung Parlemen Senayan, Minggu 20 Oktober 2019.

Nama-nama sejumlah calon menteri sudah beredar bahkan sebelum Jokowi dilantik. Ada nama tokoh partai, profesional hingga kalangan anak muda yang masuk daftar calon menteri Jokowi. Lantas bagaimana dengan menteri ekonomi?

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan bahwa Sri Mulyani tak cocok lagi untuk menjadi Menteri Keuangan pada kabinet pemerintahan Jokowi jilid II.

"Kalau saya melihatnya Menteri Keuangan saat ini (Sri Mulyani) strateginya apa? Tak jelas, jujur saja. Maka itu sekarang ini ketidakjelasan strategi," ujar dia.

Dia menilai posisi menteri kabinet kerja bidang ekonomi di pemerintahan baru, harus diisi oleh sosok yang mampu membuat terobosan dan mengeksekusi program dengan baik. Hal ini guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kencang.

"Menteri perekonomian yang kita butuhkan adalah yang mampu membawa perekonomian tumbuh tidak hanya di 5% tapi lebih dari 7%," ungkap Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah kepada Okezone.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak kuartal I-2017 hingga kuartal II-2019 tren pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berada di kisaran 5%. Sepanjang tahun ini, untuk kuartal I-2019 ekonomi tumbuh 5,07% kemudian di kuartal II-2019 turun ke 5,05%.

Oleh sebab itu, lanjut Piter, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menteri di bidang ekonomi harus mampu membuat terobosan dalam kebijakannya. Kemampuan untuk mengeksekusi program dengan baik juga sangat diperlukan.

"Sosok itu harus yang mampu dan berani melakukan terobosan. Punya strategi dan program yang bisa diimplementasikan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global," ungkapnya.


Sumber : okezone

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Disclaimer: Semua informasi yang terdapat dalam blogspot kami ini hanya bersifat informasi saja. Kami berusaha menyajikan berita terbaik, namun demikian kami tidak menjamin keakuratan dan kelengkapan dari semua informasi atau analisa yang tersedia. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari blogspot kami ini. Kami berhak mengatur dan menyunting isi saran atau tanggapan dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menolak isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras.